Remah-remah Hidup Dalam Lantunan Nada

Apaan si judulnya..

Membaca postingan ega yang menohok kalbu ini jadi pengen bikin postingan yang sejenis. Sebenernya susah sih, karena saya sebenarnya penikmat lagu yang sambil lalu, bukan tipe-tipe pendengar lagu yang memperhatikan sampe ke lirik-liriknya. Banyak lagu favorit saya bahkan engga ngerti lirik dari lagunya, karena saya biasanya menyukai sebuah lagu berdasar dari mood yang diciptakan oleh lagu tersebut. Bagi saya ciri-ciri lagu bagus adalah kalau dengerin, perut saya mules-mules, literally.  Nah, beruntung ada youtube jadi dibawah bisa saya list beberapa lagu yang menemani jalannya kehidupan saya sejauh ini.

1. Era sepeninggal kulup.

Saya anak pertama, rumah sering berpindah karena profesi ayah ditambah saya yang pemalu membuat tidak banyak teman. Pengaruh musik semasa kecil kebanyakan ya dari orang tua (dan radio). Ayah dan ibu saya menyukai musik secara normal, hits-hits mainstream gitulah, ayah saya suka beli kaset kalau weekend berdasar rekomendasi si penjaga toko kaset. Eh tapi saya jadi inget tape-recorder pertama saya adalah hadiah dari tetangga waktu saya sunat, berarti SD kelas 6, itu pertama kali saya bisa denger musik sendiri dikamar (biasanya di ruang keluarga pake tapedeck besar). Dengan tape itu saya setel radio kalau mau tidur, dan biasanya waktu-waktu akan tidur adalah siaran tentang curhat. Saya suka dengerin orang curhat diradio, dan kadang jadi ikut sedih. Nah, soundtrack acara curhat ini kebanyakan lagu-lagu yang meretas kalbu. Dan karena terbawa suasana malam yang syahdu saya sering kebawa galau gara-gara dengerin curhatan + lagu sendu yang menemani. Jadi, pengalaman pertama saya serius mendengarkan musik adalah dari acara curhat di radio (ternyata). Pantesan gedenya jadi mellow gini… hiks

Seiko Matsuda “Sweet Memories”

Iya, ini salah satu lagu dari acara curhat di radio, saya suka banget karena suara tante Seiko Matsuda bikin perut saya bergejolak, rasanya seperti melihat senior kecengan dari jauh dan tidak berani menyapa, hanya mengagumi dari jauh. Lagu ini membuat belulang lemah layaknya tahu sutera, saya hanya bisa meringkuk memeluk guling dan merindu entah pada siapa. Padahal berbahasa jepang dan saya pun gak tau dan gak peduli arti lagunya soal apaan.

Air Supply “Goodbye

Ini salah satu lagu pertama yang bisa saya mainkan di piano, awalnya liat dari acara tv, riff piano intronya bener-bener merangsang lakrimal. walaupun videonya benernya ga nyambung, ngapain coba nongkrong macho dan ngegitar di depan lokomotif kereta?! Muak dengan problematika kehidupan? Pengen matik? hiks.

2. Berkenalan dengan gitar

The Offspring “Come Out and Play”

Suatu hari sepulang sekolah dengan bau matahari menyeruak di televisi muncul videoklip musik yang begitu menghentak. Saya terkesima, wah ternyata ada musik yang bikin pengen seru-seruan mukulin orang, ga cuma buat galau di kamar aja. Trus gayanya juga asik banget dengan gitar yang panjang menggantung sambil headbanging, wah! Sejak itu saya berpikir kalau piano itu cupu (tadinya saya sering main piano awalnya karena dipaksa ayah) dan saya belajar gitar sendiri (walau kini rada nyesel engga ngelanjutin serius bermain piano). The Offspring memperkenalkan saya pada musik punk. Hey, jaman segitu belum ada wikipedia, dan saya tinggal di kota kecil, purbalingga, kurang pergaulan pula, pengetahuan soal musik cuma bisa didapat dari radio dan tivi.  Dan pengetahuan soal band baru yang keren bener-bener terasa berharga.

semenjak kenal musik bergitar, saya mulai eksploring berbagai musik-musik non-menye bergitar lainnya. dan favorit saya kala itu adalah..

Soundgarden “Black Hole Sun”

Silverchair “Israel’s Son”

Collective Soul “Gel”

Yeah, seperti kebanyakan anak waktu itu saya jadi demen musik yang ke-grunge2-an, pada masa itu referensi musik utama adalah Haiklip! yang pada masa itu seperti kitab suci, karena yeah, lagi-lagi belum ada wikipedia dan koneksi internet masi ngehe-ngehe najis. donlot bokep aja masih bentuk .gif (madame syuga anyone). Lalu saya berkenalan dengan Weezer. Weezer inilah yang mewakili diri saya, tiap pergi selalu ada kaset Weezer didalam Walkman untuk menghadapi kerasnya dunia. Waktu itu saya pemalu parah, bahkan sering kebablasan turun dari angkot karena ragu untuk teriak “kiri!” ke sopirnya. Cerita tentang Weezer sudah pernah saya post disini.

Weezer “The World Has Turned and Left Me Here”

Weezer formasi favorit saya adalah saat Blue Album dan Pinkerton, sayang Matt Sharp personil favorit saya (bahkan mungkin lebih demen sama dia daripada Rivers Cuomo) keluar semenjak pinkerton dan membentuk The Rentals.

The Rentals “Friends of P”

Weezer adalah band yang mengubah hidup saya. Masa kecil saya minder, karena kurang pandai berkomunikasi, namun berkat weezer saya dengan bangga bawa buku ensiklopedia tebal ke sekolah, dengan koper president agar buku-buku tidak lungset kusut, waktu istirahat lebih sering engga makan di kantin memilih dikelas baca buku atau dengerin walkman. Jalan sendiri kemana-mana. Proudly.

3. Era Mtv

Lalu memasuki masa-masa Mtv. Bahagia sekali karena banyak sekali referensi band-band keren disini. Musik-musik favorit saya kebanyakan malah muncul di Mtv Sports sebagai background music.  Sampe-sampe saya menelpon salah satu sahabat saya kalau ada band keren ini di tivi, dan kita nonton bareng sambil telponan (padahal si band kesukaan ini bahkan lagunya engga muncul full, cuma satu menitan, tapi kita udah seneng banget). Band ini adalah..

Deftones “7 words”

AGRESSIIIIIIIIIII!! AH! buat saya waktu itu engga ada lagu yang begitu to the point straight aggresion. Engga kebanyakan gimmick, tonjok tonjok tonjok, pengen lari trus nabrakin diri ke tembok. Keinget jaman itu ngeliat guru killer sambil dengerin lagu ini di walkman trus teriak SUCK SUCK SUCK SUCK FUCK SUCK SUCK!! YOU BIIITTTCCHH! (tapi dalem ati).

Lalu Korn, saya mengenal Korn dari album Life Is Peachy. Suka banget album ini karena bener-bener beda dari band-band yang pernah saya denger, suara gitar yang sangat heavy (they use 7 strings guitars) dengan riff aneh-aneh untuk sebuah band metal, mengutamakan rythm bukan melody/harmony oriented, gak ada solo-solo ngehe, 2 gitar serasa 1 gitar sahut menyahut. Suara bass yang di slap dengan senar kendor karena terlalu low, beat yang super-groovy, dan dengan lirik-lirik teenage angst yang dilantunkan dengan getar pita suara jonathan davis yang penuh gibberish ngawur gak jelas, aduh indah nian, telinga serasa dijilat lidah ida iasha.

Korn “Good God”

aah, beruntung banget selagi masih sehat bernafas saya sempet melihat 3 band yang mengubah idup saya live :( , benar-benar mereka seperti penjaga eksistensial masa muda, What would i do without them.. Weezer, Deftones dan Korn 8′(((( (sebentar, pamit mewek dulu)

White Zombie “More Human Than Human”

Dan lalu tanah yang kujejak mulai merekah digempur tangan-tangan mencakar langit berusaha mencari udara, mayat-mayat yang mulai membusuk bangkit memandang angkasa, dari balik awan gelap dan gemuruh petir, alien robot bernama imam mahdi turun menyerahkan sebuah gitar, synthesizer dan pedal distorsi sebagai mahar, robot dan mayat hidup menikah membentuk keluarga sakinah mawadah warohmah, beserta semprotan peju mekanik dari penis robot di dalam rahim mayat lahirlah White Zombie (apeu). Video klip “more human than human” selalu saya tunggu-tunggu di mtv, karena musiknya yang asik, heavy tapi gak sok heavy, metal dengan gimmick science fiction dan b-movie yang sangat keren. Waktu itu saya suka sekali film sci-fi Blade Runner, dan begitu tau lagu White Zombie berjudul “more human than human” yaitu kalimat yang dikutip dari film tersebut, saya langsung menyukai band ini tanpa perlu tau musiknya. Album Astro Creep 2000 adalah salah satu kaset yang paling sering saya setel di walkman sampai rusak-rusak. Kaset lain yang mewakili teenage angst waktu itu adalah..

Placebo “Every You Every Me”

Salah satu riff gitar downstroke yang paling keren buat saya.  Mengiringi vokal brian molko yang melengking gender bending. Berjalan ke sekolah sambil dengerin lagu ini menghilangkan semua ketakutan dan anxiety, walaupun saat berjalan mata tetap menuju lantai, tapi begitu percaya diri serasa diiringi oleh sepasukan genderuwo yang engga kelihatan, siap menghajar siapapun dengan mata-mata judgemental dan senyum-senyum mengejek.. Placebo adalah satu dari sedikit band inggris yang saya suka (waktu itu). Entah pada masa-masa sekolah saya benci sekali dengan band-band inggris, karena mereka bergaya songong, tapi musiknya menye-menye ga ada songong-songongnya. Gaya Jalan si Richard Ascroft di video The Verve – Bittersweet sympony, attitude si Gallagher bersaudara, gaya nyanyi Jarvis Cocker ah, eww banget buat saya waktu itu, walaupun sekarang sih doyan-doyan aja dengan britpop, i’m so anti-anglophile at the time. 

Marilyn Manson “Sweet Dreams”

Pada masa-masa mtv info musik mulai lancar. ditambah adanya majalah Hit Parader yang ada di gerai Toko Buku Gunung Agung waktu itu yang saya biasa baca-baca di toko tanpa bisa beli karena harganya yang mahal. Waktu itu band yang sering menjadi cover adalah Marilyn Manson. Saya sudah jadi fans marilyn manson sebelum mendengar musiknya. Dengan artikel-artikel yang bombastis, dan konsep filosofinya yang sedikit banyak Nietzschean (waktu itu belum ngeh sih), lalu visualnya yang begitu grotesque, mengerikan, saya terpesona pada pandangan pertama. Lalu dengan koneksi internet dial up CJY-Net saya berusaha mendownload musiknya dari internet dan terbatas cuma 30 detik. Lagu pertama Marilyn Manson yang saya download adalah Sweet Dreams, cover song dari band Eurythmics. Walau cuma 30 detik sudah membuat saya jadi fanatik. Kemana-mana saya membawa print-printan quote-quote marilyn manson, lirik-liriknya saya baca di angkot. Kamar tidur tidak saya pasang lampu, hanya lilin dan semacam altar di depan poster marilyn manson yang didapat dari majalah Guitar World yang saya beli dengan receh-receh uang jajan. Saat itu saya jadi self-proclaimed goth/geek x)) (geblek juga kalo di inget-inget). Sejak itu saya ngulik band-band industrial/goth/darkwave seperti..

Type O Negative “My Girlfriend’s Girlfriend”

tentang Peter Steele (RIP) vokalis dari Type O Negative pernah saya post disini

Rammstein – Rammstein

Ini lagu favorit saya dari band Rammstein, saya dengar dari kompilasi soundtrack film Lost Highway karya David Lynch. Rammstein keren karena riff-gitarnya yang begitu heavy, dingin, as germans should be. Show mereka yang teatrikal dengan pyromania dan lirik yang tetap dengan bahasa jerman terasa begitu misterius dan garang, namun jika dikulik artinya lagu mereka sebenernya galau banget. misal:

Herzeleid (Heartache)

Save each other from heartache
for the time that you are together is short

For even if you are united by many years
one day they will seem like minutes to you

Heartache

Save each other from togetherness

galau banget kan cyin :(

4. Era Obralan Kaset

Pada masa-masa mtv ini saya mulai fokus pada musik, kayanya engga mikirin hal lain, sekolah hanya sambil lalu saja, hari-hari dipake untuk mendengarkan musik dari band-band favorit sembari berusaha mencari band-band baru. Tiap minggu setidaknya 3x ke toko kaset hanya untuk ngecek ada album baru apa, atau ada obralan apa. Saat itu toko kaset Bulletin lumayan sering mengadakan obral kaset, 3 kaset 20ribu kalau ga salah. Saya sering membeli kaset random di obralan itu dan yang saya temukan antara lain adalah..

Depeche Mode – Somebody

Aaah, ini salah satu band favorit sepanjang masa saya. Berharap sebelum mati bisa nonton mereka ya bezelbub amin amin amin. Lagu-lagu depeche mode sebenernya begitu dark and twisted tanpa kehilangan sense of a great pop music and harmony. Mereka banyak memakai drum machine dan synthesizer, paved my way into electronic music. Satu yang saya agak ga suka sebenernya adalah Dave Gahan (vokalis utamanya) haha. Bagi saya Depeche Mode ya Martin Gore, cek aja video klip Somebody dengan lirik anthem jomblo sepanjang masa itu, dinyanyikan penuh jiwa oleh Martin Gore, liat aja matanya yang memandang kosong, giginya yang seperti ompong meratap mendambakan pasangan yang tidak mengikat, ah ga perlu dave gahan lah sebenernya depeche mode itu (ditimpukin fans). Dari Depeche Mode ini saya mulai ngulik-ngulik band-band synthpop/new romantics seperti duran duran, new order, ultravox dll.

Corrosion of Conformity – Vote with a bullet

Down – Witchtripper

Belakangan banyak sekali band-band so-called stoner rock bermunculan, tapi saya ngerasa bingung karena kayanya musik model-model begini pernah saya dengerin dulu yaitu jaman-jaman saya menemukan kaset Corrosion of Conformity dan Down di obralan. Saya juga bingung mendeskripsikan musik CoC dan Down waktu itu, ya semacam blues-driven-heavy-metal. Tapi juga ga heavy amat, gitarnya lebih ke frequency middle. Jadi semacam kaget aja kok tiba-tiba sekarang disebut stoner-rock(?) dan jadi begitu menjamur kaya dede-dede gemes.

Everything But The Girl – Before Today

Before Today lagu sempurna untuk diputar di dalam mobil kala hujan sendirian, abis nganterin sange (sahabat tapi ngarep) trus ikut berbisik bareng tracey thorn “i want your love, and i want it now” berkali-kali religiously sembari menahan tetes air mata. Udah lupain aja, apa gunanya menyimpan cinta sama sahabat sendiri, sakit ati menahun lho, apalagi kalau dia curhat soal gebetannya padahalnya hati kamu berteriak “AKU DISINIIIII MAU SAMA KAMU, MASAK KAMU MALAH LIAT YANG LAIIIN” sambil manggut-manggut sok cuek dengerin doi curhat :(((. EBTG adalah pembuka pintu untuk dance music bagi saya, logika musik dance yang bukan verse-chorus-verse perlahan-lahan masuk sanubari, membuat saya mengenal musik-musik dance mulai dari drum and bass sampai house. Semenjak EBTG mulailah masuk semacam-macam Chemical Brothers, Moby, The Prodigy, Massive Attack dll.

Cocteau Twins – Heaven or Las Vegas

Gak ngerti lagi harus komentar apa sama Cocteau Twins, Elizabeth Fraser menurut saya adalah medium bagi malaikat-malaikat di surga memperdengarkan suaranya ke dunia, indahnya level Wayang Purwa. Ditambah lagi petikan gitar Robin Guthrie seperti menjalin mental tapestry menyusun layer-layer surgawi. Serasa kehujanan tapi di tiap tetes hujan kita bisa melihat didalamnya ada pelangi yang kemudian pecah saat menyentuh kulit dan kita terbenam dalam spektrum cahaya.

Tool – 46 & 2

Tool adalah band metal yang sempurna.

titik.

5. Post-Mtv Era

A Perfect Circle – Judith

Saya inget banget, nonton video klip band ini di ANtv jam 16:30 sore, dan entah kenapa video ini sering banget diputar di ANtv pada jam-jam sore seperti itu, terimakasih siapapun pegawai ANtv waktu itu yang berselera bagus dan memutar video ini berkali-kali. Waktu ini Mtv udah mulai cupu, mulai muncul reality show-reality show ngehe ga penting menggantikan acara musik. Bagi saya A Perfect Circle menandai berakhirnya era Mtv di indonesia, iya ga sih? (ga yakin juga). Anyway, (abis baca dari wiki) A Perfect Circle adalah proyek ambisius dari Billy Howerdel, seorang teknisi gitar dari Tool dan beberapa band lain. Sebenernya Billy menginginkan vokalis perempuan untuk bandnya ini, tapi Maynard Keenan menawarkan diri untuk menjadi vocalist karena mendengar materi dari billy yang keren. Iya sih, bagi saya A Perfect Circle menjadi sisi feminin dari Tool. Soundnya sangat balanced dan sangat well produced,  suara bass/drum/guitar/vocal menempati posisi frekuensinya sendiri-sendiri, hebat. Dan faktor awal yang menarik saya A Perfect Circle adalah video klip dari Judith ini, lihat saja klip judith arahan David Fincher (se7en, Fight Club, The Social Network) yang responsif terhadap musik secara mendetail, walaupun video ini hanya menampilkan mereka bermain live tapi Fincher benar-benar dapat menangkap esensi dan emosi dari lagu hanya dari shoot-shoot personil bandnya, jenius. Dan oh tuhan dari semua agama tolonglah.. PAZ LECHANTIN SEXY BANGETTTTTT DI VIDEO KLIP INI! *gasp* semua pasti setujulah menit 1:54 – 2:02 saat jeda lagu, paz yang berkaki jenjang dengan short/miniskirt dan heels berhenti main bass lalu menggelung rambut, kemudian kembali memainkan bassnya tepat dengan lagu, yakin peju-peju lelaki meleleh bahagia saat itu juga.

Setelah era mtv dan internet mulai lancar. Influence musik mulai tidak berbatas, malah jadi terlalu banyak informasi, jadi engga ada yang membekas karena proses mendapatkan musiknya seperti tanpa perjuangan. Kita hanya mendengar musik tanpa ada koneksi kuat dengan bandnya (menurut saya) karena medianya bukan media fisik, hanya suara dari mp3. Pada masa ini saya sering mengembara dari netlabel ke netlabel, dimana banyak sekali musisi-musisi kamar yang keren. waktu itu net label favorit saya adalah observatoryonline.org. Kemudian saya tertarik dengan noise, pernah saya tulis artikelnya di sini dan di sini.

Haduh, capek deh. kayanya segini dulu. terimakasih andaikan baca sampai selesai.

3 responses to “Remah-remah Hidup Dalam Lantunan Nada

  1. Bams.. ini sih lengkap bgt, sesuai dengan era masing – masing, sungguh perjalanan hidup yang puanjang sekaliii :’) dan Ooh, ada Seiko Matsuda, Air Supply, Silverchair dan bahkan Type O Negative.. memang bangsat kau bams :’) aku mau bikin lagi kayak gini ah nanti.. buka diary jaman baheula dulu *digampar*

Leave a reply to Tia Chasmani Cancel reply